Jumat, 02 November 2012

Sejarah Kepolisian


Sejarah Kepolisian


Police History (Sejarah Kepolisian)
Early American Policing (Perkembangan Awal Perpolisian Amerika (1600-1860)) Kepolisian sebagaimana kita ketahui—birokrasi terorganisasi, digaji, sebagian besar anggotanya berseragam—mulai dibentuk di AS oleh generasi sebelum tahun 1860. Sedari permulaan, kepolisian merupakan badan serbaguna dari pemerintah kota, bukan hanya sebagai komponen sistem peradilan kriminal. Polisi New York pada tahun 1850-an lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mencari kuda yang tersesat dan anak yang hilang daripada masalah pencurian, seperti polisi seabad kemudian yang ditugasi untuk mengatur lalu lintas dan memprakarsai administrasi penilangan. Oleh karena itu, pemahaman atas asal muasal polisi Amerika membutuhkan perhatian terhadap konteks umum pemerintah kota, sebagaimana jawaban resmi atas kejahatan dan gangguan kamtibmas.
Penduduk pertama di kota-kota koloni pada abad ke-17 masih meletakkan sedikitnya satu kakinya di Abad Pertengahan. Cara pandang dunia mereka dipenuhi dengan kelangkaan. Tugas pemerintah yang terpenting adalah mengatur kehidupan ekonomi sehingga orang asing tidak mengambil alih pekerjaan yang menjadi hak milik penduduk atau para pengembara miskin merebut hak penduduk lokal, atau orang yang tamak memperoleh keuntungan sebagai konsumen. Pejabat publik tidak melihat pemerintah sebagai penyedia layanan yang didanai melalui pengumpulan pajak. Pemerintah mendorong kepentingan swasta untuk menangani proyek penting, seperti jalan raya dan dermaga, proyek yang dana publik tidak mampu mendanai. Di New York City, mekanisme untuk mencapai tujuan itu adalah dengan mengalihkan tanah publik pada kepemilikan swasta sebagai ganti komitmen khusus membangun fasilitas publik.
Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, mulai muncul cara pandang dunia yang baru, paling tidak di antara kaum elite, yang dicirikan dengan harapan akan pertumbuhan dan barangkali kelimpahan alih-alih kelangkaan. Karya Adam Smith, Wealth of Nations yang diterbitkan pada tahun 1776, memberikan pernyataan teoretis yang meyakinkan tentang bagaimana perburuan kepentingan individual dapat membawa pertumbuhan ekonomi umum, jika pasar bebas dari monopoli bantuan pemerintah atau gabungan swasta dalam pembatasan perdagangan. Dalam iklim intelektual ini, pemerintah akan lebih sebagai pendorong pertumbuhan daripada pengatur kelangkaan dengan membantu menyediakan apa yang disebut ekonom modern sebagai modal tambahan sosial dan apa yang disebut pada abad ke-19 sebagai perbaikan. Pemerintah pun kini dibayar untuk membangun dermaga dan jalan baru, membangun kanal, dan mengembangkan pembangunan rel kereta api. Sekolah yang didanai uang pajak, paling tidak menurut teori, menghasilkan tenaga kerja yang berdisiplin dan terpelajar; lampu gas membuat malam tidak terlalu muram dan seram; dan perusahaan pemadam kebakaran, yang perlengkapannya dibiayai masyarakat meski mereka belum menarik bayaran, menyediakan perlindungan terhadap risiko utama di kota tersebut. Pada tahun 1860, 12 dari 16 kota besar mempunyai sistem air umum untuk membantu memadamkan kebakaran dan memberikan warga sesuatu untuk diminum selain alkohol atau kemungkinan air sumur yang kotor.
Urban Growth and the Need for Police (Pertumbuhan Kota dan Kebutuhan akan Kepolisian)
Antara tahun 1820 dan 1860, kota-kota di Amerika menarik banyak migran, mereka berasal dari pedesaan Amerika sendiri, Irlandia, atau Jerman. Pertumbuhan menjadi realitas di samping kemungkinan teoritis. Hanya 1 dari 20 orang Amerika hidup di permukiman kota pada tahun 1790 dan rasionya 1 berbanding 5 pada 1860. New York dan Brooklyn dihuni lebih dari satu juta, Philadelphia lebih dari setengah juta, sedangkan Chicago yang mulai dihuni pada tahun 1833 berpenduduk lebih dari 100.000 orang pada tahun 1860. Pada awal tahun 1870-an, kota Chicago membelanjakan anggaran hanya dalam sehari sebesar anggaran setahun pada tahun 1840-an.
Ketika pemerintah daerah meneliti pertumbuhan dan akibatnya, mereka senang sekaligus takut. Sejarawan Edward Pessen menunjukkan bahwa elite bisnis memberikan pengaruh tidak proporsional pada pemerintahan kota pada abad yang disebut sebagai abad orang awam. Ketika dewan kota menjadi kurang aristokratis dan menjadi lebih kampungan pada akhir tahun 1840-an dan 1850-an, mereka juga kehilangan banyak fungsi awal mereka. Badan dan komisi independen menggantikan komite dewan sebagai pengawas pelayanan publik, sedangkan wali kota, hampir selalu pebisnis atau profesional, menjadi sosok yang lebih kuat. Dewan yang biasanya dipilih oleh distrik lebih sering bereaksi pada inisiatif luar daripada ukuran yang diusulkan sendiri, sedikitnya untuk hal-hal yang berada di luar lingkungannya.
Banyak anggota elite menyukai pertumbuhan; bisnis dan grup perumahannya mereka dinilai berdasarkan orang yang lebih banyak dan level aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. Mereka tidak menyukai beberapa akibat negatif, seperti banyaknya orang asing, imigran yang berbahasa, beradat, dan beragama asing yang tidak selalu mengakui keunggulan budaya dan kelebihan kaum Protestan Amerika. Sebagian kaum elite juga disibukkan dengan peningkatan jumlah orang miskin dan mereka yang tidak mandiri yang tidak diuntungkan dengan pertumbuhan kota dan yang tidak mampu menangani kompleksitasnya.
Pembentukan badan kepolisian merupakan satu tanggapan terhadap kepentingan tersebut. Ketika New York membentuk kepolisian modernnya pada tahun 1845 yang tanggung jawab terhadap beragam pelayanan, mulai dari inspeksi terhadap orang upahan dan kawasan tertentu sampai menyalakan lampu minyak pada sore hari. Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi kepolisian ini dialihkan pada badan lain, tetapi yang menjadi catatan adalah polisi tidak pernah dianggap sebagai satu-satunya kelompok pemberantas kejahatan dan penjaga ketertiban.
Polisi bertanggung jawab penting dalam memelihara kedamaian dan menangani para pelaku kejahatan. Dalam masa kolonial, penjagaan ketertiban dan pemberantasan kriminalitas lebih menjadi tanggung jawab individual dan masyarakat daripada menjadi tugas badan birokrasi. Pemerintah kolonial membawa lembaga Inggris tradisional seperti constable yang dipilih dan penjaga malam. Teorinya, constable bertanggung jawab dan berkekuasaan legal yang luas, meskipun jarang sekali derajat dan kewenangan mereka sesuai dengan posisi legal mereka. Penjaga, yang biasanya diambil dari warga pemalas, mengawasi kalau-kalau terjadi kebakaran atau kejahatan dan pelanggaran lain. Dalam penanganan kejahatan, pihak yang menjadi korban menanggung beban proses penahanan dan penuntutan.
Pada awal abad ke-19, New York mempunyai lebih dari 100 orang dengan kewenangan kepolisian, sebagai constable yang dipilih atau marshal wali kota. Mereka ini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melayani kepentingan masyarakat, walaupun juga siap disewa oleh korban pencurian. Mereka ahli dalam mengembalikan barang yang dicuri dengan imbalan tertentu. Polisi awal abad ke-19 adalah profesional yang dibayar karena pelayanan yang diberikan dan bukan birokrat yang digaji.
Kerusuhan yang sering ditunggangi target dan tujuan politis tertentu menjadi ciri kehidupan kota pra-industrial. Para perusuh mungkin tidak melakukan pembunuhan, tetapi mereka sering kali merusak harta benda. Kerusuhan yang paling terkenal adalah kerusuhan di seputar Revolusi Amerika, seperti protes atas Stamp Act pada tahun 1765, Boston Massacre tahun 1770, dan Boston Tea Party tahun 1773. Beberapa dekade sebelum agitasi revolusioner juga terjadi gangguan ketertiban kota yang berlangsung periodik. Pembalasan bengis dialamatkan pada para budak yang dituduh merencanakan perlawanan terhadap orang kulit putih, seperti di New York City pada tahun 1712 dan 1741. Pada banyak kejadian para perusuh tampak puas bila tujuan mereka tercapai, baik berupa antikepausan atau unjuk rasa menentang pencurian organ tubuh oleh dokter atau mahasiswa kedokteran. Namun pada tahun 1820-an, kaum urban kelas menengah ke atas tidak lagi mau menerima perilaku tidak pantas di tempat umum yang sebelumnya dianggap sebagai hal yang tak terhindarkan.
Dari awal abad ke-18, penyokong kaum urban seperti Benjamin Franklin menggerakkan para sukarelawan untuk mencapai tujuan sosial yang diinginkan. Laju aktivitas ini meningkat pada generasi setelah tahun 1815, khususnya di bawah pengawasan kelompok religius yang ingin menyebarkan berita gembira bala keselamatan melalui publikasi dan penyebaran Injil dan selebaran, untuk mengajarkan pada anak-anak sekolah Minggu, mengangkat kaum papa, dan menolong remaja nakal serta wanita sesat. Ketika keluarga gagal dalam tugas mengasuh dan mendisiplinkan anggota keluarga mereka, institusi lain harus mengambil tindakan untuk memperbaiki kekeliruan. Perlu dicatat keberadaan House of Refuge di New York yang didirikan oleh Society for the Reformation of Juvenile Deliquency pada tahun 1825 yang mendapat dukungan dari negara.
The English Example (Contoh Inggris)
Dalam aktivitas ini pembangun lembaga kepolisian Amerika melihat Inggris sebagai inspirasi dan model percontohan. Elite Amerika melihat Samudera Atlantik sebagai jalan sekaligus sebagai penghalang (pada awal abad ke-19 lebih murah menyeberang Samudera Atlantik daripada menempuh perjalanan darat di Amerika), sehingga buku, ide, dan orang berlalu lalang antara London, Boston, New York, dan Philadelphia.
Salah satu ide yang berkembang adalah, pemerintah dianggap bertanggung jawab langsung terhadap kesejahteraan sosial. Pada tahun 1829, Sir Robert Peel mengajukan usul pada parlemen untuk membentuk London Metropolitan Police, petugas birokrasi yang digaji dan bertanggung jawab dalam memelihara ketertiban serta pencegahan dan deteksi kejahatan. London Metropolitan Police menjadi contoh langsung kepolisian di kota-kota Amerika.
Usulan Peel didahului dengan debat dan diskusi, penelitian parlementer, dan pembentukan masyarakat sukarela untuk memperbaiki moral publik yang berjalan setengah abad. Dalam masa itu pula, London mengandalkan polisi bayaran, sedangkan tugas jaga diatur dan dibayar per daerah yang bervariasi jumlah dan efektivitasnya. Pemegang kewenangan sipil tidak berdaya sama sekali untuk menangani pecahnya Gordon Riots pada tahun 1780, sedangkan personel tentara keberatan ditugasi untuk mengatasi kerusuhan karena kemungkinan berpengaruh pada semangat dan disiplin mereka. Ketika ide agama evangelis makin mendapat tempat di Inggris, perhatian terhadap keadaan moralitas masyarakat juga makin besar.
Prostitusi dan mabuk-mabukan dinilai sebagai masalah sosial yang lebih berat dibandingkan dekade sebelumnya. Bukan berati bahwa tingkat kerawanan, kejahatan, atau perilaku yang bertentangan dengan konsep kesopanan evangelis sangat meningkat, tetapi angka pengaruhnya tidak ditolerir, diterima, atau diacuhkan dalam hal-hal semacam itu. Revolusi Perancis dan pengaruhnya tampak meyakinkan kelas atas bahwa mereka perlu menggunakan kontrol lebih keras terhadap kelas di bawahnya. Dalam beberapa hal, makin teratur masyarakat, makin tinggi tingkat harapan oleh mereka yang kaya dan terkemuka.
Peraturan London Metropolitan Police merepresentasikan bertemunya tiga arus persoalan sosial. Yang pertama adalah kepolisian menjadi badan publik selain tentara yang bisa dimobilisasi untuk menangani kekacauan sipil. Polisi diseragamkan, dikelola dengan disiplin semimiliter, dan dipisahkan dari masyarakat sipil untuk bertindak sebagai kekuatan pengendali massa; tetapi tidak akan ada potensi masalah moral terkait dengan penggunaan tentara atau kemungkinan bias kelas milisi yang terjadi. Jika milisi direkrut dari kelompok yang sama dengan perusuh, ada kemungkinan milisi akan ikut dalam kerusuhan. Jika, seperti perwira rendahan berkuda di Inggris (yeomanry), milisi berasal dari pemilik tanah, para pekerja kota dan buruh tani tentu akan sulit menerima keabsahannya. Polisi harus direkrut dari masyarakat, tetapi bukan masyarakat lokal, sehingga loyalitas mereka akan lebih besar terhadap organisasi dan atasan mereka dibandingkan pada masyarakat yang mereka awasi.
Arus kedua adalah kejahatan. Petugas kepolisian pra-Peel, seperti Bow Street Runners yang terkenal, akan menangani kejahatan properti dengan efisien setelah korban menyewa mereka. Sayangnya, mereka juga diketahui berkawan dan bersekongkol dengan para pelaku kejahatan untuk kepentingan mereka. Garis antara polisi dan penjahat begitu kabur dan mudah dilanggar. Selain itu, polisi yang terbaik pun bertindak setelah kejahatan terjadi dan manakala ada insentif uang yang cukup. Kepolisian model Peel adalah polisi preventif, sebuah kata yang sering dan enggan digunakan. Idealnya, keberadaan polisi menjadikan penjahat mau bekerja keras dengan jujur sebagai jalan hidupnya dan mencegah generasi muda tersesat dalam kejahatan.
Akhirnya, polisi dapat mengurusi “polisi” kota dalam maknanya yang umum. Ketika figur polisi awal abad ke-19 mengacu pada “polisi” kota, mereka mempunyai konsepsi luas dalam pemikiran, sama dengan konsep pengadilan terhadap angkatan kepolisian di kemudian hari, yaitu kemampuan untuk menentukan kesejahteraan publik. Kepolisian meliputi menjaga agar jalan-jalan kota tetap bersih dan warga kota selalu tertib dan disiplin. Keberadaan petugas kepolisian mungkin mengurungkan niat penduduk melempar sampah ke jalan, mencegah para pejalan kaki menjajakan dagangannya. Kita dapat menyimpulkan tugas ini dengan tajuk “pencegahan perilaku tidak patut di tempat umum.” Tanpa petugas yang digaji dan diberi kepercayaan untuk menjaga ketenteraman dan menegakkan aturan moral, apa yang dapat dilakukan orang yang tidak minum terhadap pemabuk kecuali melewati mereka atau menghindari tempat mereka berkumpul? Pembentukan badan kepolisian dimaksudkan sebagai kelompok aktif yang berpatroli di jalan untuk menangani pelanggaran aturan moral serta kejahatan pidana, mereka menjadi kepanjangan tangan kewenangan negara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Kepolisian London tidak diterima secara universal pada tahun-tahun pertama berdirinya. Istilah slang crushers membawa makna tanggapan kelas bawah. Pimpinan kepolisian berusaha keras agar masyarakat tahu kewenangan moral polisi. Komisaris pertama yang direkrut dari luar London memberhentikan banyak anak buahnya karena mabuk-mabukan dan dia berusaha menjaga kendali administratif dengan ketat. Garis kewenangan sampai pada menteri kabinet dan menteri dalam negeri, bukan pada pegawai yang diangkat secara lokal.
The Rise of American Urban Police Departments (Munculnya Kepolisian Kota di Amerika)
Kehadiran kepolisian London mendorong para pimpinan kota di Amerika memikirkan pembentukan lembaga yang sama, khususnya sejak kota-kota di Amerika itu mengalami pertumbuhan dan perubahan sosial yang cepat. Populasi New York City tumbuh empat kali lipat antara tahun 1790 dan 1820; tujuh kali lipat antara tahun 1820 dan 1860. Sebelum pertengahan tahun 1820-an, pejabat kota memandang masalah kejahatan dan kekacauan dapat ditangani, tetapi pada tahun 1830-an mereka mencemaskan pelanggaran di jalan yang merajalela.
Tahun 1834 terus diingat dalam sejarah New York City sebagai tahun kerusuhan. Ketika kebakaran besar terjadi setahun kemudian, pihak yang berwenang tidak dapat memadamkan api secara efektif, apalagi mengendalikan penjarahan tanpa bantuan milisi. Perkara pembunuhan besar tidak kunjung terungkap dan tidak segera diusut sebelum ada iming-iming hadiah. Kepanikan dan krisis ekonomi periodik membuat ribuan pengangguran yang hidup di ujung tanduk tinggal menunggu kejatuhan bila tidak segera ada uluran tangan. Boston dan Philadelphia juga dilanda konflik religius, etnis, dan kelas ekonomi, sementara kota-kota dengan populasi budak yang besar memiliki kepentingan di atas semuanya untuk mengawasi orang-orang berkulit hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar